TERPAKSA
- Ardani Abdullah
- Oct 11, 2023
- 4 min read

Di sebuah acara yang diselenggarakan oleh para aktivis Rohis dalam rangka pengukuhan pengurus baru, saya pernah diundang sebagai pembicara. Ketika melihat beberapa pengurus baru yang hadir, ada kesan keterpaksaan dari wajah-wajah mereka. Tidak aneh memang karena sistim perekrutan pengurus dijalankan dengan mewajibkan ada perwakilan tiap kelas untuk menjadi anggota Rohis. Selain untuk mencukupi kuota jumlah pengurus, pemerataan dan kelancaran koordinasi tiap kelas menjadi alasan utama. Efek sampingnya ada beberapa pengurus baru yang tampaknya bergabung secara terpaksa, datang dengan setengah hati.
Sebagai penyemangat saya buka sesi saya dengan sebuah cerita imaginer, cerita tentang raja yang mencari penggantinya.
Dahulu kala, ada seorang Raja yang telah berusia uzur. Dia berniat mencari suami untuk putri semata wayangnya sekaligus menggantikannya sebagai raja di kerajaan tersebut. Sang raja pun membuat sayembara untuk mencari menantu sekaligus calon raja selanjutnya, tentunya seorang pemuda yang kuat, gagah perkasa yang menjadi kriteria utama sang raja, mengingat beratnya tugas yang akan diemban dalam mengurusi kerajan.
Pada hari yang telah ditentukan, berkumpulah para pemuda dari penjuru negeri di halaman kerajaan. Di halaman kerajaan terdapat sebuah kolam yang cukup besar, di hadapan para pemuda sang Raja kemudian mengatakan
“barang siapa yang mampu berenang melintasi kolam ini sampai ujung sana, maka dia berhak menjadi menantuku sekaligus aku angkat dia menjadi raja penggantiku”
Maka para pemuda pun bersegera melepas baju, bersiap berenang melintasi kolam. Tapi nyali mereka menciut setelah melihat kolam tersebut berisi puluhan buaya lapar yang siap menerkam mereka. Ternyata tak ada satupun pemuda yang berani menceburkan diri dalam kolam. Sampai berlalu waktu yang cukup lama dan akhirnya sang raja berkata dengan geram
“tidak adakah pemuda pemberani di negeri ini ?”
Semua terdiam, memilih memalingkan wajah daripada membayangkan tubuh mereka dikoyak menjadi santapan para buaya-buaya lapar. Sang Raja dengan kesal kemudian berpaling beranjak meninggalkan singgasananya pertanda kecewa tak ada satupun pemuda yang menyanggupi syarat yang sang Raja ajukan. Demikian pula para kontestan sayembara calon raja, mereka memilih untuk beranjak meninggalkan halaman kerajaan, meninggalkan ngerinya kolam penuh buaya yang menurut mereka mustahil untuk dilalui.
Baru beberapa langkah orang-orang beranjak, tiba-tiba terdengar sesuatu yang tercebur dalam kolam
Byuurrr… orang orang pun kaget, mereka langsung berbalik melihat kedalam kolam. Apa gerangan yang terjatuh tadi, Sang Raja pun ikut melongok memicingkan mata memastikan benda yang terjatuh dalam kolam. Ternyata ada seorang pemuda berperawakan kecil yang sudah nyemplung kedalam kolam. Sang Raja pun berbinar matanya, kembali duduk di atas singgasana untuk menyaksikan perjuangan sang pemuda dalam kolam.
Awalnya sang pemuda tampak clingukan, namun ketika melihat buaya-buaya lapar mendatanginya dia kerahkan seluruh kemampuannya untuk bertahan hidup. Agaknya perawakannya yang kecil membuatnya cukup gesit berenang dan menghindari buaya. Ada kalanya dia pukul buaya yang mendekat, menyepak dengan kaki, menyelam kemudian muncul lagi di tempat lain, berkelit, bermanuver, tak ubahnya atraksi lumba-lumba dalam sirkus. Para penonton pun menahan nafas melihat adegan live action yang menegangkan tersebut. Hingga akhirnya sang pemuda berhasil menyeberangi kolam dan sampai di ujung kolam yang lain dan bersegera naik ke daratan dengan sangat dramatis.
Orang-orang masih terpana, takjub dengan keberanian pemuda tersebut. Sang Raja dengan girang mendatangi pemuda tersebut, mengucapkan selamat dan sebagai bentuk syukur sang Raja memberikan hadiah bonus
“sebagai bonus aku akan kabulkan apapun permintaanmu saat ini, sekarang sebutkan apa permintaan mu?” tanya sang Raja.
Sang pemuda masih dalam kondisi basah kuyup terengah-engah, berbicara dengan nafas masih tersengal -sengal
“baiklah wahai baginda raja, satu permintaanku tolong carikan siapa tadi orang yang mendorongku sampai aku tercebur dalam kolam”
Anak-anak pun ramai tertawa mendengar ending kisah ini dan saya yakin mereka sudah faham dengan hikmah kisah tersebut, sang pemuda yang terpaksa melawan buaya namun malah sukses menjadi pengganti raja. Bahwa keterpaksaan tidak selalu berbuah kenistaan, bahkan bisa menjadi sebuah berkah yang melimpah.
Wajah-wajah yang diawal saya lihat agak mengkerut dan tidak mood, kini tampak manggut-manggut dan lebih imut. Melihat mereka makin antusias maka saya lanjutkan dengan kisah kedua, sang Raja yang mengadakan pesta besar-besaran untuk menikahkan puterinya sekaligus mengangkat sang menatu sebagai raja yang baru.
Untuk hajat besar-besaran tersebut sang Raja menitahkan untuk semua warga kerajaan berpartisipasi dengan cara menyumbangkan semangkuk madu. Tiap kepala keluarga diwajibkan menyumbangkan semangkuk madu yang dikumpulkan di sebuah gentong besar di halaman kerajaan.
Tapi ada saja warga yang berbuat curang, ada seseorang yang berpikir bahwa seandainya dia menyumbang semangkuk air kemudian dicampur dengan madu warga yang lain dalam gentong tentunya tidak ada yang tahu dan tidak akan mengubah kandungan madu dalam gentong yang demikian besar. Seluruh warga berduyun-duyun menuju halaman kerajaan untuk turut menyumbangkan madu.
Batas waktu pengumpulan madu pun berakhir, petugas kerajaan membuka gentong penampungan madu. Namun alangkah mengagetkan karena gentong raksasa tersebut ternyata hanya berisi air. Bukan madu sebagaimana titah sang Raja. Kenapa bisa begitu? Karena semua warga punya pikiran yang sama, seandainya aku seorang menyumbang semangkuk air, tentu tidak akan ada yang tahu sehinga malah tidak ada seorang pun yang menyumbang semangkuk madu.
Kali ini anak-anak tampak serius sambil manggut-manggut, tanda mereka dapat mencerna pesan yang saya sampaikan. Bahwa tugas dakwah melalui Rohis ini bukan sembarang tugas, tugas yang hanya diemban oleh orang-orang terpilih. Kalau semua orang punya pemikiran yang sama, bahwa dakwah akan dilakukan orang lain, bisa jadi dakwah ini menjadi senasib dengan gentong sang Raja yang berisi air. Tidak ada satupun orang yang mau berdakwah. Maka ambillah peran dakwah ini dengan tekat yang kuat, ikhlas, penuh tanggung jawab. Semoga kalian mendapat limpahan berkah dengan bergabung menjadi pengurus Rohis.
Comments